zmedia

Tips Parenting, Catat Ini 10 Cara Jitu Bangun Hubungan Erat dengan Anak Praremaja

Foto oleh Andrea Piacquadio/Pexels

Tips parenting sangat dibutuhkan ketika anak yang dulunya manja dan senang duduk di pangkuan orang tua sambil bercerita panjang lebar, tiba-tiba berubah menjadi pribadi yang lebih tertutup. Ia mulai sering mengurung diri di kamar dan hanya menjawab singkat seperti “biasa aja” saat ditanya. Inilah masa praremaja—fase pencarian jati diri yang ditandai dengan keinginan anak untuk lebih mandiri dan lepas dari ketergantungan pada orang tua.

Tips parenting yang tepat dapat membantu orang tua memahami bahwa perubahan drastis di usia 9 hingga 12 tahun adalah hal yang normal. Anak mulai mengalami perkembangan fisik, emosional, sosial, dan kognitif. Mereka ingin mengeksplorasi batasan, mencari ruang pribadi, dan mulai menyimpan rahasia. Di sinilah peran orang tua sebagai pendamping tetap dibutuhkan meski tidak lagi selalu berada di garis depan.

Tips parenting juga berperan penting dalam membangun kembali kedekatan dengan anak praremaja. Meskipun mereka tampak menjauh, pada dasarnya mereka masih membutuhkan kehadiran dan perhatian orang tua. Hubungan yang kuat di fase ini bisa menjadi pondasi yang kokoh untuk menghadapi masa remaja yang lebih kompleks dan penuh tantangan.

Dilansir Kalawartaindonesia.web.id dari laman ptaourchildren.org, berikut tips parenting yang jitu untuk membangun hubungan erat dengan anak praremaja.

1. Jangan Baper saat Mereka Menjauh

Apakan anak ayah bunda mulai nyaman curhat ke teman ketimbang ke orang tuanya? Tenang, itu wajar banget. Tapi jangan sampai kamu merasa ditolak atau malah jadi terlalu menuntut mereka buat cerita segalanya. 

Anak usia praremaja ini akan mulai punya rahasia dan ruang pribadinya. Sebagai orang tua, tentu kita perlu hormati itu.

Perubahan tersebut bukan berarti mereka nggak butuh kamu lagi, tapi mereka sedang belajar menjadi individu yang lebih mandiri.

2. Sediakan Waktu Khusus

Meski anak terlihat menjauh, mereka tetap butuh perhatian. Coba jadwalkan waktu khusus—misalnya setiap akhir pekan—buat ngobrol santai, jalan bareng, atau sekadar nonton film bersama. Fokus sepenuhnya ke mereka, tanpa gangguan dari HP atau kerjaan. Kegiatan sesederhana makan malam berdua atau main game bersama bisa membuka pintu komunikasi yang lebih luas. Ingat, bukan seberapa lama waktunya, tapi seberapa berkualitas.

3. Ngobrol Jangan Terlalu Menginterogasi

Tanya langsung soal sekolah atau teman kadang malah bikin mereka tutup mulut. Alih-alih, coba hadir sebagai pendengar. Duduk bareng tanpa ekspektasi, dan biarkan mereka mulai cerita saat sudah merasa nyaman. Kadang, justru di momen-momen tidak direncanakan—seperti saat jalan naik motor atau duduk di sofa—mereka tiba-tiba curhat panjang. Jadi, jangan buru-buru masuk ke mode “polisi penyidik”.

4. Hindari Komentar Tajam

Anak sangat peka dengan komentar orang tuanya. Kalau kamu terlalu sering mengkritik anak lain—dari cara berpakaian sampai kelakuannya—anak bisa merasa kamu juga akan menghakimi mereka. Hasilnya? Mereka makin enggan terbuka. Pilih kata-kata dengan bijak, terutama saat membahas topik yang dekat dengan dunia anak. Sikap terbuka dan tidak menghakimi bisa bikin anak merasa lebih aman untuk jujur.

5. Ikut Nonton Tayangan Favorit Mereka

Jangan cuma ngelarang anak nonton konten tertentu. Lebih baik ikut nonton dan bahas bareng. Dari situ, kamu bisa masuk ke obrolan penting soal nilai, pertemanan, bahkan batas bercanda yang sehat. Tapi ingat, bahasnya santai, jangan pakai nada menggurui. Misalnya, saat nonton serial remaja bareng, kamu bisa lempar pertanyaan kayak, “Menurut kamu, dia bener gak sih ngelakuin itu?”

6. Mulai Obrolan Soal Seks dan Narkoba

Topik ini mungkin bikin canggung, tapi penting banget. Anak-anak mulai terpapar isu ini sejak usia SD. Kamu bisa mulai dari buku-buku edukatif yang sesuai umur mereka. Letakkan di rak buku mereka, biarkan mereka membacanya sendiri dan datang padamu jika ada pertanyaan. Hindari kesan "ceramah", tapi bangun suasana yang hangat dan terbuka. Kalau kamu bisa jadi sumber informasi yang tepercaya, mereka gak akan nyari jawaban dari sumber yang salah.

7. Jangan Drama saat Anak Patah Hati

Misal anak nangis karena gak diajak ke acara temannya, jangan ikut panik atau marah-marah ke orang tua temannya. Hadir saja sebagai pendengar yang empati. Terkadang, kehebohan orang tua justru bikin anak makin stres. Respon yang berlebihan bisa membuat masalah kecil terasa makin besar. Cukup dengarkan, peluk kalau mereka mau, dan bilang bahwa perasaan sedih itu wajar.

8. Tapi Jangan Cuek Juga

Kebalikannya dari drama, ada juga orang tua yang terlalu cuek. Misalnya, saat anak remaja pesta alkohol, mereka bilang, “Namanya juga anak muda.” Sikap seperti ini bikin anak merasa gak ada gunanya cerita ke orang tua. Jadi, tetap peduli tanpa menghakimi. Tunjukkan bahwa kamu peduli dengan cara yang konsisten dan tenang. Anak akan lebih menghargai batasan yang diberikan dengan kasih sayang daripada yang dipaksakan dengan marah-marah.

9. Ajak Anak Perempuan Ikut Olahraga

Penelitian menunjukkan bahwa anak perempuan yang aktif di olahraga tim punya kepercayaan diri lebih tinggi, prestasi akademik lebih baik, dan lebih jarang mengalami gangguan citra tubuh. Selain sehat, mereka juga belajar kerja sama dan menghargai diri sendiri. Jadi, jangan ragu daftarkan mereka ke klub olahraga atau ikut kegiatan fisik bersama.

10. Dorong Anak Laki-Laki Tunjukkan Perasaan

Banyak anak laki-laki tumbuh dengan pesan bahwa menunjukkan perasaan itu “gak cowok banget”. Padahal, jadi sensitif dan bisa mengungkapkan perasaan justru penting buat hubungan sosial mereka ke depan. Ajak mereka ngobrol soal perasaan, tanpa malu-malu atau merasa lemah. Validasi perasaan mereka, seperti bilang, “Gak apa-apa kok kalau kamu sedih, semua orang bisa ngerasa gitu.”

Penutup:

Masa praremaja itu penuh pencarian dan kebingungan. Tapi kalau kamu bisa jadi tempat aman buat mereka—tempat di mana mereka bisa cerita tanpa takut dihakimi—itu akan jadi fondasi yang kuat untuk menghadapi masa remaja yang lebih kompleks. Ingat, mereka mungkin berubah... tapi cinta dan kehadiran orang tua tetap jadi kebutuhan utama mereka. Kunci utamanya adalah kehadiran, kesabaran, dan konsistensi.

Sumber : https://ptaourchildren.org/

Post a Comment for "Tips Parenting, Catat Ini 10 Cara Jitu Bangun Hubungan Erat dengan Anak Praremaja"